INDOSINPO – Indonesia mengambil keuntungan besar dari penyelenggaraan China International Import Expo (CIIE) yang untuk ketiga kalinya digelar Pemerintah China.
CIIE digelar di National Exhibition and Convention Center (NECC), Shanghai, dan telah berlangsung sejak 5 November hingga berakhir kemarin, Selasa (10/11/2020).
Meski dilaksanakan di tengah situasi pandemi global COVID-19 dan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, animo peserta dan pengunjung tidak berkurang.
Perusahaan global 500’s yang ikut dalam pameran ini tercatat hampir dua kali lipat lebih banyak dibanding penyelenggaraan CIIE tahun lalu. Total pengunjungnya pun luar biasa, mencapai 400 ribu orang.
Namun, jumlah partisipasi perusahaan Indonesia terhitung tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Untuk tahun ini diantaranya PT. Purinusa Ekapersada, PT. Inlove Jewellery Trading, PT. Universal Luggage Indonesia, PT. Agarindo Bogatama, PT. Kapal Api Global, PT. Anugerah Citra Walet Indonesia, dan Mayora Group. Jumlah yang tak terlalu besar disebabkan penerapan protokol kesehatan yang sangat ketat bagi orang yang akan memasuki wilayah Tiongkok.
Meski demikian, perusahaan-perusahaan itu tampil apik dalam mewakili produk-produk unggulan Indonesia di sektor industri olahan kertas, perhiasan, dan makanan minuman.
“Tahun ini, Indonesia tidak datang dengan kekuatan optimal. Namun, perusahaan Indonesia yang bergabung di sini adalah salah satu yang terbaik di bidangnya. Ada perwakilan industri makanan dan minuman, sarang burung walet, agar-agar, perhiasan, kertas dan produk pertanian seperti kopi. Intinya, meski dalam keterbatasan, Indonesia tetap tampil prima dan siap penuhi permintaan pasar Tiongkok dengan produk-produk unggulan dan potensialnya,” ungkap Duta Besar Republik Indonesia untuk RRC dan Mongolia, Djauhari Oratmangun, di sela agenda besar tersebut.
Dubes Djauhari pun mempromosikan Indonesia dengan memanfaatkan media massa berpengaruh di China. Dia berkeliling ke lokasi-lokasi booth perusahaan Indonesia di CIIE bersama stasiun televisi CCTV 2. Dalam peliputan tersebut, Dubes Djauhari kembali mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia kepada konsumen China.
Dalam keterangan pers yang dikirimkan ke redaksi, Konjen RI di Shanghai, Deny W. Kurnia, menyampaikan pentingnya penyelenggaraan CIIE tahun ini.
“Penyelenggaraan CIIE tahun ini diharapkan dapat menjadi salah satu katalis bagi bangkitnya perekonomian regional dan global di tengah situasi pandemi yang saat ini masih berdampak buruk bagi sebagian negara di dunia,” jelasnya.
Selain turut berpartisipasi dalam CIIE, tahun ini Kemendag RI, KBRI Beijing, KJRI Shanghai dan ITPC Shanghai juga berkolaborasi menyelenggarakan Indonesia-China Business Forum and Matching yang diikuti sekitar 200 peserta secara offline dan online.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag, Kasan Muhri, beserta jajaran Ditjen PEN Kemendag turut hadir secara daring.
“Performa perdagangan Indonesia dengan Tiongkok pada tahun ini mengalami peningkatan yang sangat baik, dengan semakin turunnya defisit perdagangan sebesar 13 persen dibanding tahun lalu. Potensi pasar di Tiongkok juga semakin tumbuh dari tahun ke tahun. Diharapkan, Indonesia dapat memanfaatkan peluang-peluang ini seoptimal mungkin,” ungkap Kasan dalam pemaparan yang disampaikan dalam kegiatan forum bisnis itu.
Selain mempromosikan keunggulan Indonesia dan menyampaikan gagasan peningkatan kerja sama antar dua negara di berbagai bidang, Dubes Djauhari juga mengajak seluruh peserta untuk mengikuti Trade Expo Indonesia Virtual Exhibition 2020 (TEI – VE 2020) yang akan berlangsung tanggal 10-16 November 2020 secara online.
Dalam Indonesia-China Business Forum and Matching, Dubes Djauhari bersama Konjen RI di Shanghai, Deny W. Kurnia, dan seluruh peserta ikut menyaksikan penandatanganan Letter of Intent (LOI) antara lima perusahaan Tiongkok dengan Pemerintah Indonesia yang diwakili oleh Atase Perdagangan RI di Beijing, Marina Novira, dan Kepala ITPC Shanghai, Indra Prahasta.
“Melalui LOI ini, lima perusahaan Tiongkok tersebut menyatakan akan melakukan pembelian produk Indonesia berupa batu bara, buah tropis, produk turunan kelapa, produk perikanan, makanan dan minuman serta produk pertanian lainnya, dengan total nilai sebesar 584 juta dolar AS atau sekitar Rp8,3 triliun,” ungkap Marina usai penandatanganan LOI.
Kegiatan ini ditutup dengan mempertemukan 18 perusahaan Indonesia dengan enam perusahaan Tiongkok dalam kegiatan Business Matching, yang juga menghasilkan beberapa potensi kerja sama pembelian produk-produk pertanian,makanan minuman dan perikanan Indonesia.
“Sebagai Perwakilan Perdagangan, ITPC Shanghai dan Atase Perdagangan di KBRI Beijing konsisten bekerja sama agar potensi pasar Tiongkok yang sangat besar ini dapat digarap secara optimal. Tentunya hal ini tidak terlepas dari dukungan stakeholders baik yang berada di Indonesia maupun Tiongkok,” pungkas Indra yang juga menjadi koordinator Indonesia-China Business Forum and Matching 2020.
Selain melakukan kunjungan ke perusahaan-perusahaan Indonesia yang turut serta dalam CIIE, serta menghadiri forum business and matching, Dubes Djauhari juga melakukan pertemuan dengan anggota Indonesia Chamber of Commerce (INACHAM), kunjungan ke kantor ZTE di Shanghai dan beberapa pertemuan dengan para pelaku usaha China guna membahas upaya peningkatan investasi perusahaan asal Tirai Bambu.