INDOSINPO – Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Termasuk, saat pandemi Covid-19 melanda seluruh penjuru negeri dalam delapan bulan terakhir ini.
M. Yusuf (34) misalnya. Kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19 sejak Maret lalu, memaksa warga Desa Ranuyoso, Kabupaten Lumajang ini memutar otak.
Limbah batok kelapa yang banyak berserakan di sekitar rumahnya pun diliriknya. Di tangan Yusuf, bahan keras yang banyak dibuang berhasil disulap menjadi benda bernilai guna.
Suami Novi Ika (30) ini memanfaatkan batok-batok kelapa untuk dibuat beragam bentuk kerajinan. Mulai asbak, pot bunga, hingga wadah penganan.
“Ternyata lumayan juga hasilnya. Malah, lebih menjanjikan daripada menjadi kuli bangunan,” kata Yusuf, sapaannya, kepada Indosinpo, Sabtu (31/10/2020) kemarin.
Sebelumnya pandemi, keseharian Yusuf sebagai kuli bangunan. Pekerjaan ini dilakoninya sejak 2011 silam. Namun, pageblug COVID-19 yang diikuti pemberlakukan sosial berskala besar (PSBB) membuat banyak proyek macet total.
“Saya pilih pulang, balik ke kampung wong di luar kota juga tidak ada pekerjaan. Proyek-proyek banyak macet semua,” ujar Yusuf.
Tak disangka, keputusannya pulang kampung ibarat membuka jalan kesuksesannya. Berangkat dari iseng-iseng, ragam kerajinan hasil karyanya disambut pasar.
Berkolaborasi dengan temannya, Jauhar (31) sebagai tenaga pemasaran, hasil karya Yusuf itu dikirim ke berbagai kota di Indonesia, dia antaranya Bogor hingga Palembang.
Yusuf mengungkapkan, dalam sebulan, tak kurang dari 100 buah kerajinan batok kelapa berhasil dibuatnya. Dengan harga per buah Rp 8-10 ribu, keuntungan yang diraupnya pun lumayan.
Awalnya kelimpungan akibat pandemi, Yusuf kini justru merasa bersyukur. Sebab, pandemi tak hanya membuatnya dekat dengan keluarga. Tapi, juga penghasilannya lebih besar ketimbang jadi kuli bangunan.
Laporan: Eko Febrianto